Berkunjunglah ke mata air kali Sunter di Tapos, rasakan kesejukan alami diantara rerimbunan pohon yang masih asri menghampar, tak ada yang mengira bahwa wilayah mata air ini menghimpun kisah kisah kepahlawanan yang heroik, kita lihat perjuangan putri kesayangan Panembahan Senopati Mataram roro Pembayun yang makamnya terdapat di Kebayunan Tapos Depok, kecintaan pada negerinya mendarah daging, bersama anaknya Ki Raden Bagus Wanabaya dan Tumenggung Uphasanta, bahu membahu bersama cucunya Nyi Utari Sandijayaningsih berjuang melawan tentara Belanda di Batavia tahun 1629 , Nyi Utari pahlawan putri yang mendapat gelar langsung dari Sultan Agung Hanyokrokusuma inilah yang mampu menebas leher Jan Pieterz Soen Coen , Gubernur Jendral Belanda ke 4 di Hindia Belanda. Ia membunuh gubernur jendral Belanda itu bersama suaminya Santriyuda atau Wali Mahmudin, kini jasad mereka berbaring tenang di makam keramat Tapos, dinaungi pohon Beringin Lo bergaris tengah 2 m yang merunduk seakan menghormati sang Pahlawannya, lalu ada pula saudaranya Raden Panji Wanayasa yang dimakamkan di pinggir Setu Jatijajar, tokoh misterius yang ikut perang melawan Belanda 2 kali, saat Mataram menyerang Batavia dan perang Banten di tahun 1682.Tokoh inilah yang menyebabkan pasukan Zeni Kompeni Belanda membuat setu-setu di Depok, dalihnya untuk penampungan air, padahal mereka mencari simpanan harta karun Banten disisi makam para pemimpin Banten, maka konon Depok terkenal dengan setu setunya.
Berkunjunglah ke makam seorang panglima kerajaan Banten bergelar Tubagus Pangeling dan sahabatnya kyai Mas Besot di keramat Leuwinanggung di pinggir kali Cikeas, basis pertahanan tentara khusus Sultan Ageng Tirtayasa, pasti hati kita langsung teduh, terbuai oleh kesejukan makam sang pahlawan Muslim di abad ke 17 ini, murid Syech Yusuf al Makkasari ini adalah salah satu putra Sultan Abdul Fattah atau lebih dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa, tak jauh dari Leuwinanggung juga terdapat makam Nyai Ambo Mayangsari, Istri pangeran Purbaya kakak Tubagus Pangeling yang tewas dalam pertempuran Cikeas tahun 1682, makamnya dinaungi dengan kerindangan pohon hijau di Cimpaeun, takdir maut menjemput di Cikeas padahal dia telah menemani suaminya pangeran Purbaya dibuang ke Sailan oleh Kompeni Belanda.
Yang lebih fenomental adalah makam Santri Bethot di mata air kali Sunter, tokoh yang beristrikan keturunan Chinese ini dikenal sebagai bendaharawan kraton Banten, berpeti peti harta kerajaan Banten diduga disembunyikan oleh pasukan santri Bethot disepanjang aliran kali Sunter, makamnya sangat sederhana, terletak di kampung Poncol Cilangkap Tapos Depok, tokoh yang pernah dibuang bersama Syech Yusuf al Makassari ini bernama asli Lie Suntek, apakah nama ini berkaitan dengan pemberian nama Kali Sunter tentu masih perlu diidentifikasi lebih lanjut.Lalu mampirlah sejenak di makam uyut Riin Reksobuwono, makam ini konon berisikan jasad utuh sang panglima Banten ditahun 1682 yang dipindah dari komplek lapangan Golf Emeralda tahun 1980 an , konon sebelum dipindah tanpa ijinnya buldozer proyek selalu tak mampu mendekati makamnya, setelah negoisasi yang alot dengan medium orang pintar barulah beliau mau dipindah ke makam yang baru diatas Rumah Potong Hewan (RPH) di Tapos.
Mau ketenangan yang luar biasa, datanglah ke makam Emak Uyut Cerewet di Cilangkap Setu, sepoi sepoi angin semilir mengiringi cericit burung di kompleks makam tak bernisan ini, konon makam ini adalah makam salah satu keturunan Sunan Kalijaga bernama embah Dalem Sapujagad, yang menguasai sendang-karsa di Cilangkap Tapos Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar