No.
|
Nama
|
Alamat
|
Kecamatan
|
Kabupaten
|
1.Sunan Bonang
|
Kutorejo
|
Kota
|
Tuban
| |
Assamarqondi
|
Gesikharjo
|
Palang
|
Tuban
| |
Mahmudin Asari
|
Gambar latar :Danau Jatijajar,Tapos Depok Jawa Barat, diambil Jumat 25 Januari 2013 jam 17.00. Setu ini adalah lokasi makam Raden Panji Wanayasa, Putra Ki Bagus Wanabaya Putra Ki Ageng Mangir - Roro Pembayun, putri kesayangan Panembahan Senopati Mataram
Minggu, 30 Oktober 2011
Ziarah Walisongo dan lokasi makam wali lainnya (By Hasnan Habib )
Selasa, 31 Mei 2011
Sejarah Kota Depok. by hasnan habib cilangkap tapos depok
Sejarah Depok
Penemuan benda bersejarah di Wilayah Depok dan sekitarnya menunjukan bahwa Depok telah berpenghuni sejak jaman prasejarah. Penemuan tersebut itu berupa Menhir "Gagang Golok", Punden Berundak "Sumur Bandung", Kapak Persegi dan Pahat Batu, yang merupakan peninggalan zaman megalit. Juga penemuan Paji Batu dan Sejenis Beliung Batu yang merupakan peninggalan zaman Neolit.
Depok Zaman Padjajaran
Pada Abad ke 14 Kerajaan Padjajaran diperintah seorang Raja yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan, yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi. Di sepanjang sungai ciliwung terdapat beberapa Kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres sampe keradenan
Ulama dan Wali di Betawi dan Depok. by hasnan habib cilangkap tapos depok
Sejarawan keturunan Jerman, Adolf Heuken SJ, dalam buku Masjid-masjid Tua di Jakarta, menulis tiada masjid di Jakarta sekarang ini yang diketahui sebelum 1640-an. Dia menyebutkan Masjid Al-Anshor di Jl Pengukiran II, Glodok, Jakarta Kota, sebagai masjid tertua yang sampai kini masih berdiri. Masjid ini dibangun oleh orang Moor artinya pedagang Islam dari Koja (India).
Sejarah juga mencatat pada Mei 1619, ketika VOC menghancurkan Keraton Jayakarta, termasuk sebuah masjid di kawasannya. Letak masjid ini beberapa puluh meter di selatan Hotel Omni Batavia, di antara Jl Kali Besar Barat dan Jl Roa Malaka Utara, Jakarta Kota.
Untuk mengetahui sejak kapan penyebaran Islam di Jakarta, menurut budayawan dan politisi Betawi, Ridwan Saidi, bisa dirunut dari berdirinya Pesantren Quro di Karawang pada tahun 1418. Syekh Quro, atau Syekh Hasanuddin, berasal dari Kamboja.
Glodok di masa lalu.by hasnan habib kota depok
Minggu, 08 Mei 2011
Kota Depok dan Kereta Api.by hasnan habib kota depok
Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum hari Sabtu, 10 Ags 1867.
Makam Tubagus Pangeling ( Putera Sultan Ageng Tirtayasa, Banten), Leuwinanggung Tapos Depok
Makam keramat Tubagus Pangeling
Terbaring ditengah kerimbunan pohon, di Leuwinanggung, pejuang perang Banten, adik pangeran Purbaya, melawan VOC, terpisah jauh dari keluarga. Sosok pemberani. Bersama pengikutnya : Kyai mas Besot, Wali Nanggung dan lain lain, dimakamkan bersama sama, dipinggir kali Cikeas, episode perang Banten 1682.
Jumat, 29 April 2011
Prajurit Nyutra (Nyutran),Episode Kebayunan. by hasnan habib cilangkap tapos depok
bregada Nyutro adalah yang paling unik dari 10 bregada yang ada. Namun ada juga yang menyebut prajurit ini menyeramkan, dikarenakan ada beberapa yang di penutup kepalanya mengenakan rambut palsu panjang layaknya para prajurit jaman dahulu. Kesatuan ini satu-satunya bregada yang para prajuritnya mengenakan alas kaki berupa sandal. Bahkan pada dasarnya, bregada Nyutro tidak memakai alas kaki sama sekali.
Seragam yang dikenakan para prajurit Nyutro juga sangat unik, dalam satu bregada ada dua seragam dengan warna berbeda, yaitu berupa baju lengan pendek berwarna merah dan hitam, serta baju lengan panjang berwarna kuning yang dikenakan di dalam baju lengan pendek. Bawahannya mengenakan celana panji sebatas lutut dan kain dodot atau kampuh dengan motif bango tulak. Sedangkan penutup kepala memakai topi hitam dan udheng gilig (ikat kepala yang ada bundarannya di belakang).
Karena ada dua kelompok dengan pakaian yang berbeda, maka ada dua macam bendera juga dalam parajurit Nyutro. Yang pertama Podang Ngisep Sari dengan warna dasar dasar kuning, di tengah ada gambar bulatan berwarna merah. Dan Padmo Sri Kresna dengan warna dasar kuning, di tengah bergambar bulatan warna merah. Dwajanya bernama Kanjeng Kyai Trisula.
Para prajurit Nyutro dilengkapi dengan senjata bedhil (senapan api), tombak, dan tameng (perisai).
Rabu, 27 April 2011
Si Pitung, makamnya di Tapos Depok? by hasnan habib cilangkap tapos depok
Kisah Si Pitung sangat melegenda bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat Betawi. Bagi orang Betawi, Pitung adalah pahlawan. Konon, Ia hidup di awal abad 19. Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen) ada juga yang bilang Raden Moh. Ali, warga Rawabelong, dengan ayahnya, Piun, asal Cirebon dan ibunya, Pinah, dari Betawi. Si Pitung menjadi terkenal bukan hanya karena keberaniannya melawan Belanda, tapi juga kepeduliannya terhadap nasib rakyat yang tertindas oleh kekuasaan Belanda dan tuan tanah.
Saat itu, kehidupan sosial masyarakat sangat tidak manusiawi. Para tuan tanah tak segan-segan meminta pajak yang tinggi kepada para petani. Bila para petani tidak bisa segera membayar pajak sesuai dengan jatuhnya tempo, maka para begundal tuan tanah itu akan memaksa para petani tersebut dengan cara-cara kasar. Nah dalam situasi seperti itu, munculah Si Pitung. Hal tersebut diungkapkan Alwi Shahab, penulis novel Pitung, Robin Hood Betawi.
Dalam perjalanannya, Si Pitung tidak hanya melindungi rakyat dari para begundal (pendekar bayaran) para tuan tanah, tapi juga merampok harta kekayaan mereka, kemudian membagikannya kepada rakyat kecil. Terhadap sepak terjang Si Pitung ini, tidak hanya tuan tanah yang tidak tenang, tapi juga Belanda.
Jumat, 15 April 2011
Makam di Setu Jatijajar , Tapos bukan Ki Buyut Mangun Tapa, tetapi makam Rd Panji Wanayasa.by hasnan habib kota Depok
Ki Buyut Manguntapa
Ingin tahu di mana makam penemu ajian ampuh Jarang Goyang? Ajian pamungkas untuk pengasihan dan mengikat jantung asmara lawan jenis itu konon kali pertama ditemukan oleh Ki Buyut Mangun Tapa. Sosok sakti mandraguna itu dipercayai sumarih di Desa Mangun Jaya, Blok Karang Jaya, Indramayu, Jabar.
Tidak ayal jika makam tua yang berada di daerah pelosok Kabupaten Indramayu itu saban hari tidak pernah sepi kunjungan peziarah. Ada saja orang yang datang berbondong-bondong ke makam bertuah itu untuk menyampaikan permohonan agar terkabul melalui bantuan penunggu makam keramat tersebut.
Oleh warga setempat makam tua yang dikelilingi pohon besar itu dipercaya sebagai makam Ki Buyut Mangun Tapa, orang sakti yang pertama kali menciptakan ajian Jaran Goyang. Tidak salah jika makam Ki Buyut dikenal sangat keramat dan bertuah. Hal itu dibuktikan dengan sering kali terjadi persitiwa aneh sekitar makam Ki Buyut.
Seperti kejadian aneh yang sering muncul berwujud harimau siluman disertai suara auaman. Sering kali binatang ganas dipercayai sebagai piaraan Ki Buyut itu muncul pada tengah malam.
Selasa, 15 Maret 2011
Gelar Perang Garuda Nglayang
Gelar Garuda Nglayang
Gelar Garuda Nglayang ini mengandalkan kekuatan pasukan yang besar seperti burung garuda melayang dan meniru gerakan burung garuda, dimana panglima dan pemimpin pasukan berada di paruh, kepala, sayap,dan ekor memberikan perintah kepada anak buahnya dengan siasat seperti tingkah burung garuda yang menyambar atau mematuk, dsb. Pada intinya serangan ini mengandalkan satu senapati utama pada posisi paruh,kemudian sayap kiri kanan bergerak bebas dengan posisi pengatur posisi yang sedikit heroik, sebab perlindungan posisi pengatur pasukan berada di depan, pasukan inti menempati posisi cakar kaki, kemudian pemimpin utama berada di ekor sebagai posisi pasukan penyapu terakhir.
Gelar ini menempatkan Senopati di depan sendiri sbg paruhnya, kemudian 2 orang berjajar / seorang Senopati di belakang paruh sbg kepala burung, kemudian Senopati Agung di belakang kepala burung. Dua orang Senopai berada di ujung sayap kanan dan kiri yang cukup jauh. Para Prajurit mengisi sayap dan menyambung dengan tubuh burung, kepala dan ekor, dimana di ekor burung terdapat seorang Senopati lagi. Dua sayap pada Gelar ini dimaksudkan agar dapat mengepung prajurit musuh utk dikalahkan / ditumpas. Gelar perang ini pernah juga digunakan oleh pihak Pandawa pada perang Baratayudha. Arjuna sebagai patuk, Prabu Drupada berada di kepala, Prabu Kresna sekereta dengan Arjuna, Drustajumna di sayap kanan, dan Bima memimpin di sayap kiri, Setyaki sebagai ekor, dan para raja berada di tengkuk dipimpin oleh Prabu Yudistira. Konon gelar garuda nglayang pernah digunakan oleh Sultan Agung saat menyerang Batavia 1628 – 1629 , juga oleh panglima besar Jendral Soedirman dalam perang palagan Ambarawa
Mowor Sambu dan Dom Sumuruping Banyu
Mowor Sambu dan Dom Sumuruping Banyu oleh sebagian orang tidak digolongkan dalam gelar perang tetapi hanya bagian dari strategi perang. Dalam Gelar Wowor Sambu, sepasukan prajurit , sebagian atau bahkan seorang prajurit bertugas menyerang musuh dari belakang atau dari dalam dengan cara menyamar sbg prajurit musuh atau dalam bentuk lain. Hal ini pernah dilakukan prajurit Mataram pada masa Sultan Agung menyerang Kompeni Belanda/ VOC di Batavia tahun 1629, dengan memasukkan prajuritnya ke dlm benteng VOC sbg pedagang sayur sejumlah 40 prajurit, yg kemudian bertugas menyerang musuh dari belakang, sementara prajurit Mataram yg besar jumlahnya menyerang dari depan atau luar benteng.Sedangkan pengertian Dom Sumuruping Banyu adalah memasukkan sedikit orang ke daerah musuh utk memata-matai kekuatan musuh, hal ini sama dengan Wowor Sambu apabila dengan prajurit yg relatif sedikit yg ditugaskan khusus hanya utk memata-matai musuh.
Selasa, 08 Maret 2011
MAKAM RATU ANTI MAIMUNAH , BOJONG GEDE BOGOR.by hasnan habib kota depok
Kamis, 20 Januari 2011
Makam Pangeran Sake , Citeureup Bogor.by hasnan habib kota depok
Pangeran Sake adalah satu putra Sultan Ageng Tirta Yasa yang berjuang bersama Syech Yusuf dan Pangeran Purbaya melawan Kompeni Belanda tahun 1682, sebagai keluarga kerajaan Banten beliau rela berjuang bersama ayahandanya, meninggalkan segala kemewahan kerajaan, berjuang bersama dengan rakyat, lihat saja makamnya jauh dari keraton Banten, sama dengan kakaknya Tubagus Pengeling di Leuwinanggung Tapos, makamnya terletak tak jauh dari Kali Cikeas.
Makam Raden Ayu Roro Pembayun di Kebayunan Tapos Depok
Pusara makam Raden Ayu Roro Pembayun di keramat Kebayunan kel Tapos , Kec Tapos Depok, beliau adalah Istri ki Ageng Mangir dan anak sulung Panembahan Senopati ing Mataram, perjalanan duka hidupnya menghantarkan pada kisah perang Mataram Batavia tahun 1628-1629, putranya Bagus Wonoboyo dan cucunya Raden Ayu Utari Sandijayaningsih adalah tokoh utama dibalik tewasnya Gubernur Jendral VOC ke 4 Yaan Piter Soen Coen, yang tewas pada tanggal 20 september 1629 tepat pada serangan Maram ke II, kepalanya dipenggal oleh utari sandijayangsih dan dibawa ke hutan Tapos, selanjutnya selanjutnya oleh Tumenggung Surotani kepala itu dibawa melalui sumedang, Purwokerto akhirnya dipersembahkan kehadapan Sultan Agung di Plered bantul, kelak kepala itu ditanam di tangga makam Sultan Agung di Imogiri Yogyakarta. dalam Gambar : Embah Saka Molon, jurukunci makam.
Makam Tumenggung Uposonto , Panglima Perang Mataram
Tumenggung Uposonto adalah salah satu pimpinan pasukan mataram saat menyerang Batavia tahun 1628 atau pada ekspedisi Koloduto pertama, beliau gugur di gerbang luar benteng Batavia di Pasar Ikan sekarang, jenazahnya dibawa ke markas tentara mataram di Hutan Tapos Depok, di makam Kebayunan, sesuai dengan tradisi Mataram, makamnya diletakkan diatas makam roro Pembayun mengingat Tumenggung Uposonto adalah salah satu jendralnya Sultan Agung.