Kamis, 06 Juni 2013

VOC: Pedagang sekaligus Pendakwah Kristen

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) didirikan tanggal 20 Maret 1602 dan merupakan perusahaan dagang yang semula hanya memfokuskan pada perdagangan semata dan bukan penaklukan wilayah. Beberapa ahli sejarah kurang sepakat apakah VOC pada mulanya tidak memiliki motif-motif lain selain perdagangan.Beberapa ahli sejarah menghubungkan dengan tiga istilah 3-G (Gold, Glory, Gospel).DR. Verkyul pun memberikan konfirmasi dengan menggunakan istilah sbb: motif merkantil-ekonomis, motif teokratis,motif kultural, motif imperial.
Sekalipun perusahaan dagang, tidak dapat disangkal bahwa VOC mirip sebuah pemerintahan Kristen yang mempunyai kekuasaan politis untuk mengadakan perjanjian dengan pemerintahan lain, mengambil keputusan perang, mengadakan dan memelihara tentara, membuat dan mengedarkan uang. Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%]. VOC mempunyai kewajiban agamawi karena diwajibkan oleh pemerintah Belanda melakukan pengawetan atau pemeliharaan kepercayaan umum dalam hal ini agama Kristen sebagai agama yang diakui sah oleh pemerintah kerajaan Belanda yang beraliran Calvinis. Pemeliharaan kepercayaan umum tersebut selaras dengan bunyi pengakuan iman Belanda pasal 36 ( Nederlandsche Geloofsbelijdenis). Berdasarkan perintah tersebut maka VOC mengeluarkan berbagai peraturan al., memelihara gereja yang kudus, menolak dan membasmi segala rupa penyembahan berhala dan agama palsu – bukan saja Islam dan agama kafir namun Katolik dan aliran Lutherandan diluar Calvinis – serta membiayai berbagai kegiatan agamawi seperti ibadah,pengajaran agama, pemeliharaan rohani serta penyebaran agama. Hanya terkait tugas penyebaran agama, VOC kerap melalaikan tugas ini jika sudah berbenturan dengan kepentingan perdagangannya. Bahkan orang-orang Belanda yang tergabung dalam VOC mengabaikan nurani kristennya. Tugas,penyebaran Injil tidak hanya dilaksanakan oleh VOC. Dalamperkembangannya khususnya setelah VOC bangkrut dan diambil alih pemerintahan Belanda, tugas penyebaran Injil dilakukan baik oleh badan gereja resmi dalam hal ini oleh Netherlandsche Hervormde Kerk (NHK) maupun kelompok-kelompok di luar gerejaesmiseperti Het Nederlandsch ZendelingGenootschap (NZG),
 Nederlandsch Gereformeerde zendingsVereeniging  (NGZV), Doopsgezinde Zendings Vereeniging (DZV) serta kelompok awam yang tidak terikat dalam organisasi tertentu seperi F.L. Anthing (1820-1883),C.P. Stevens-Philips (1824-1876), J.C. Philips-van oostrom (1815-1877), E.J.De Wildt-Le Jolle (1824-1906), Tunggul Wulung (1800-1885) seorang pribumi jawa yang menjadi pertapa dan guru ngelmu sebelum masuk Kristen[9].
 
Di zaman VOC berkuasa, gereja yang terikat dengan VOC kerap mendapatkan benturan. Keterikatan dan kebergantungan gereja yang dikuasai VOC terutama dalam hal keuangan seperti memberi gaji pendeta. Kerap terjadi bahwa pendeta tidak berkutik menghadapi kebobrokan moral pejabat VOC yang secara kepangkatan berada di atasnya. Namun tidak semua pendeta bersikap tutup mulut dan berdiam diri. Seorang pendeta VOC bernama Justus Heurnius kerap memberikan kritik atas ketimpangan sosial dan ketidakadilan sosial. Heurnius kerap membela rakyat Nusantara yang tertindas oleh VOC. Ketika Batavia diserbu Sultan Agung dari Mataram tahun 1628, beliau memberikan komentar: “  Kenyataan ini merupakan hukuman yang adil bagi umat Kristen Belanda yang celaka, yaitu umat yang hidupnya sehari-hari, tidak mau mengamalkan perintah Tuhan ...”. Akibat pernyataannya beliau diasingkan ke Indonesia Timur (1632-1638) dengan harapan tidak lagi kembali kenegeri Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar