Jumat, 10 September 2010

Garnisun Pasukan Khusus Kompeni di Depok.by hasnan habib kota depok

Saudaraku, lihatlah dengan seksama gambar mereka, mereka para tentara khusus Kompeni, lihatlah wajah wajah mereka, mereka bukan berkulit putih, tetapi hitam, coklat dan gelap karena mereka anak bangsa Nusantara, mereka dibayar VOC untuk saling membinasakan, mereka dikumpulkan dari Bali, Jawa, NTT, Maluku, Irian, Sulawesi, Minahasa , Kalimantan, lalu lihatlah ! mereka menghancurkan negeri Banten, Mataram, Jayakarta, Sunda Kelapa, negeri Aceh, mereka pernah masuk ke Tapos Depok di tahun 1628, 1682 dan seterusnya, mengejar pasukan Mataram, menghancurkan pasukan Banten di garis pertahanan Cikeas dan Kali Sunter, mereka menghancurkan pasukan Tanujiwa, pendiri kota Bogor, letnan yang pernah mereka latih untuk memerangi sisa sisa pasukan Banten di Tapos Depok. Mereka sebangsa dengan kita, Kapiten Jonker, Arung Pallaka, Sultan Haji, pribumi pribumi yang bekerjasama dengan penjajah Belanda, ikut mencecap jarahan penjajahan, pandanglah foto ini, lalu bayangkan bahwa bangsa kita memang mudah diadu domba, dengan iming iming tahta, harta dan wanita. Sebuah realita yang sangat ironis, khususnya untuk sebuah bangsa yang katanya sangat berbudaya. Cikal bakal pasukan ini adalah pasukan bentukan Corenlis Chastelein, salah satu kolonel intelejen VOC yang mendapatkan hak atas tanah di Depok, pasukan khusus ini melibatkan suku suku dari seluruh kepulauan Nusantara yang didoktrin metode perang salib, yaitu kebencian atas nama agama, anehnya dalam sejarah kota Depok, Cornelis Chastelein muncul sebagai sosok kristen yang saleh dan bijaksana, padahal dari logika kolonialisme tidaklah mungkin seseorang bisa menjadi pejabat VOC tanpa koneksi dan kapasitas watak kolonial yang cukup tinggi, artinya cornelis chastelein bisa kaya raya tentulah ada sebab sebab musababnya, bila kita kritisi tentulah ada misi khusus VOC dalam pengembangan Depok sebagai benteng VOC melawan mataram, cirebon dan banten, pada tahun 1700an kejadian yang mengerikan adalah adanya perlawanan sisa sisa pasukan Banten yang masih eksis di hutan kali sunter. usulan sang Chastelein sebagai pejabat intelejen VOC diterima, maka dengan kamuflase pengembangan lahan dijadikanlah Depok sebagai kamp pelatihan prajurit lokal yang dilatih secara khusus untuk bergerilya melawan pasukan pasukan lokal nusantara yang aktif memerangi VOC Belanda, inilah cikal bakal politik Divide et empera alias adu domba, dengan misi utama pasukan lokal yang tangguh untuk membentengi pasukan asli Belanda, hasli pendidikan pasukan VOC lokal Depok ini segera dikembangkan ke seluruh Nusantara, sehingga pasukan khusus dari Depok ini mendapatkan peran penting dalam seluruh perang VOC belanda di nusantara, sebut saja dalam perang intrik Mataram, Geger jawa (Dipoengoro), perang Palembang , Makassar, lulusan pasukan depok ini tercatat Kapiten Jonker, letnan Untung Suropati dan Letnan Tanujiwa. Tulisan ini tentu akan mendapatkan respon baik positip maupun negatip dari kalangan sejarahwan kota Depok. Namun peranan Cornelis Chastelein sebagai salah satu komandan Intelejen VOC di tahun 1700 perlu dikemukakan agar generasi muda Depok tahu fakta sejarah bahwa motivasi pengembangan kota Depok adalah untuk membentengi VOC di Batavia dan sebagai bukti sejarah awal kristenisasi di Indonesia, terbukti dengan adanya puluhan gereja megah di satu kelurahan di Depok lama bahkan hingga saat ini. by hasnan habib kota depok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar