Selasa, 29 Januari 2013

Kelicikan Kelicikan Ahli Sejarah Belanda Jilid 1, mengadu domba Nusantara

Berbagai bukti sejarah berhasil mengungkap kelicikan Pemerintah Kolonial Belanda dalam mendramatisir Peristiwa Sejarah Perang Bubat. Dengan dukungan penelitian ahli sejarah yang diarahkan. Pemerintah Kolonial Belanda berharap terjadi perpecahan besar di Indonesia antar dua suku utama yang ada di Indonesia. Detil peristiwa Perang Bubat sendiri baru dipublikasikan di Belanda oleh Prof Dr. C.C. Berg pada tahun 1828 dari Kitab Kidung Sundayana (Bali) dan Kitab Kidung Sunda (Jawa Barat). Tahun publikasi penelitian ini adalah tahun ketika di Jawa Tengah sedang berkobar Perang Diponegoro (1825-1830). Sebuah upaya provokatif Kolonial Belanda untuk membendung Perang Diponegoro yang terindikasi meluas ke arah Jawa Barat. Simpati dari warga muslim Sunda untuk mendukung Pangeran Diponegoro pada saat itu sudah mulai terlihat. Dan jika dibiarkan maka perang Diponegoro akan meluas ke arah Jawa Barat, yang notabene memiliki hubungan batin agama Islam yang kuat dengan Pangeran Diponegoro.
       
Kidung Sunda sendiri memiliki kerangka waktu pembuatan, pada kisaran tahun 1628-1629, pada saat Sultan Agung Hanyokrokusumo sedang menghadapi pertempuran dengan VOC Belanda di Batavia. Pasukan Mataram yang hadir ke Jawa Barat dihadang oleh Belanda dengan berbagai macam cara. Diantaranya dengan kekuatan budaya Kidung Sunda, Cerita Parahiyangan, dan juga Naskah Wangsakerta. Dengan membangkitkan semangat kebencian antar etnis, Belanda berharap pasukan Mataram dapat dipukul mundur oleh kekuatan sentimen romantisme Sunda. Dalam sejarah, bentrok antara pasukan Mataram dan Sunda terjadi juga di beberapa lokasi. Pasukan Mataram sempat berperang dengan pasukan Sunda yang terinspirasi dengan kidung sedih buatan ini.

Sumber Pararaton yang dijadikan rujukan, tidak menceritakan secara detil Perang Bubat. Dalam Pararaton hanya ada informasi lokasi lapangan Bubat tanpa kisah detil pertempurannya. Banyak ahli sejarah yang mengutip penelitian C.C. Berg tanpa mempertimbangkan aspek kebenaran sejarah. Bahkan ahli sejarah dalam negeri banyak yang berhasil ditipu oleh Profesor C.C. Berg. Kitab resmi Negarakertagama atau Desawarnana yang ditulis oleh pujangga keraton Majapahit Mpu Prapanca, tidak menceritakan Perang Bubat. Padahal banyak kisah yang jauh lebih memalukan lainnya, ditulis dalam Negarakertagama. Kekalahan Jayanegara dari Pemberontak Ra Kuti. Kisah pembunuhan Brawijaya II ditangan Ra Tancha, jauh lebih memalukan Majapahit, akan tetapi tertulis resmi dalam Negarakertagama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar