
Kidung Sunda sendiri memiliki kerangka waktu pembuatan, pada kisaran tahun 1628-1629, pada saat Sultan Agung Hanyokrokusumo sedang menghadapi pertempuran dengan VOC Belanda di Batavia. Pasukan Mataram yang hadir ke Jawa Barat dihadang oleh Belanda dengan berbagai macam cara. Diantaranya dengan kekuatan budaya Kidung Sunda, Cerita Parahiyangan, dan juga Naskah Wangsakerta. Dengan membangkitkan semangat kebencian antar etnis, Belanda berharap pasukan Mataram dapat dipukul mundur oleh kekuatan sentimen romantisme Sunda. Dalam sejarah, bentrok antara pasukan Mataram dan Sunda terjadi juga di beberapa lokasi. Pasukan Mataram sempat berperang dengan pasukan Sunda yang terinspirasi dengan kidung sedih buatan ini.
Sumber Pararaton yang dijadikan rujukan, tidak menceritakan secara detil Perang Bubat. Dalam Pararaton hanya ada informasi lokasi lapangan Bubat tanpa kisah detil pertempurannya. Banyak ahli sejarah yang mengutip penelitian C.C. Berg tanpa mempertimbangkan aspek kebenaran sejarah. Bahkan ahli sejarah dalam negeri banyak yang berhasil ditipu oleh Profesor C.C. Berg. Kitab resmi Negarakertagama atau Desawarnana yang ditulis oleh pujangga keraton Majapahit Mpu Prapanca, tidak menceritakan Perang Bubat. Padahal banyak kisah yang jauh lebih memalukan lainnya, ditulis dalam Negarakertagama. Kekalahan Jayanegara dari Pemberontak Ra Kuti. Kisah pembunuhan Brawijaya II ditangan Ra Tancha, jauh lebih memalukan Majapahit, akan tetapi tertulis resmi dalam Negarakertagama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar