Selasa, 29 Januari 2013

Kelicikan Kelicikan Ahli Sejarah Belanda Jilid 2, Mengadu Domba Nusantara


   C.C. Berg melakukan studi dengan tujuan agitasi budaya ke etnis terbesar Nusantara, Jawa dan Sunda. Lebih dari 40 % penduduk Nusantara, adalah etnis Jawa, 20 % etnis Sunda, sedangkan sisanya 40 % merupakan campuran dari 400 etnis lain yang ada di seluruh Indonesia. Dengan membenturkan kedua suku terbesar di Indonesia ini pemerintah kolonial Belanda akan dengan mudah menguasai Nusantara.
Strategi licik Belanda ini terlihat jelas. Jika melihat waktu pembuatan kidung Sunda (di Jawa Barat) dan Sundayana (di Bali), terlihat jelas kaitan kidung ini, dengan jangkauan ekspansi penyatuan Pulau Jawa Bali yang dirancang Sultan Agung. Dengan menumbuhkan semangat anti etnis Jawa, diharap daerah kekuasaan Sultan Agung tidak meluas. Tahun pengumuman penelitian CC. Berg dilakukan pada tahun 1828,  diarahkan untuk tujuan yang sama, membatasi  daerah sebaran Perang Diponegoro.
Prof. Dr. Cristian Snouch Horgronye adalah contoh inspirator strategi Kuda Troya Belanda di Aceh. Berpura-pura masuk Islam dan menimba ilmu di Mekkah, Haji Snouch, membuat ratusan atau bahkan ribuan Hadits palsu.
Tujuan utama Snouch, menghancurkan perjuangan rakyat Aceh dari dalam. Dari satu surau ke surau Snouch mengkampanyekan hadits palsu yang melemahkan perjuangan rakyat. Pada kisaran 1900-an pejuangan utama rakyat Aceh berhenti dengan gugurnya Teuku Umar (1899), Cut Nya’Dien (1905) dan keluarga. Akan tetapi seluruh pertempuran Aceh baru berhenti pada tahun 1942, ketika Jepang mengalahkan Belanda.
Setelah Proklamasi kemerdekaan, Westerling dengan arahan ratu Belanda, mengangkat kepercayaan kedatangan Ratu Adil. Sebuah pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang didominasi oleh pasukan elit baret merah Belanda sempat membuat kocar-kacir petahanan TNI di Jakarta dan Bandung. Puluhan prajurit TNI tewas di tangan pasukan elit baret merah. Akan tetapi Ratu Adil buatan ini, berhasil dipukul mundur dan dihancurkan.
Pemerintah Kolonial Belanda, memiliki strategi yang sangat cerdik dalam menguasai Nusantara. Selain memanfaatkan strategi devide et impera yang terkenal itu, Belanda juga menggunakan strategi perang Trojan Horse yang sangat terkenal pada Yunani kuno. Kisah Romantisme tendensius Perang Bubat adalah salah satu strategi kuda troya yang digunakan oleh Belanda untuk memecah etnis Sunda Jawa. Peristiwa  silang pendapat di lapangan Bubat dipelintir dan diselewengkan untuk tujuan strategi pecah belah. Silang pendapat yang tidak pernah memakan korban jiwa, dari pihak manapun di lapangan Bubat. Dan ironisnya, Belanda berhasil menanamkan fiksi trauma ini sampai ratusan tahun kemudian. Sampai saat ini masih banyak yang percaya peristiwa pembantaian Bubat terjadi. Bahkan rasa dendam masih membara pada sebagian etnis suku Jawa dan Sunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar